TUGAS #3
Nama : Nurmalia Safitri
NPM : 46213694
Kelas : 3DA01
Analisis Laporan Keuangan #
ANALISIS TITIK IMPAS (BREAK
EVEN POINT)
DAN
ANALISIS SUMBER PENGGUNAAN
KAS
A. Pengertian Analisis
Titik Impas atau Break Even Point (BEP)
Break
Even Point (BEP) adalah keadaan di mana perusahaan di dalam operasinya tidak
memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada
keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat
terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume
penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila
penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap,
maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh
keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus
di keluarkan.
Syarat-syarat
Analisi Break Even Point:
1.
Harga jual tidak
berubah-ubah.
2.
Seluruh biaya
dapat dibagi ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.
3.
Biaya variabel
bersifat proposional.
4.
Jika barang yang
diproduksi lebih dari satu jenis, maka komposisi barang yang dijual tidak
berubah-ubah.
Manfaat
Analisis Break Even (Titik Impas)
Analisis
Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana
pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang
akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat
membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenaihal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah penjualan
minimal yang harus dipertahankanagar perusahaan tidak mengalami kerugian.
2.
Jumlah penjualan
yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
3.
Seberapa jauhkah
berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
4. Untuk mengetahui
bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap
keuntungan yang diperoleh.
Jenis
Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas).
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1.
Variabel Cost
(biaya Variabel)
Variabel
cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume
penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam
pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu
dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam
unit.
2.
Fixed Cost (biaya
tetap)
Fixed
cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume
penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis
biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi,
bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3.
Semi Varibel Cost
Semi
variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap,
yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis
ini misalnya: Sales expense.
Perhitungan Break
Even Point
Perhitungan break
even point yang lebih tepat dapat dilakukan dengan cara “trial and error”
(serba coba-coba) atau dengan menggunakan rumus-rumus aljabar.
1. Perhitungan
Break Even Point dengan Cara “ Trial and Error”
Perhitungan break
even point dapat dilakukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan
menghitungkeuntungan operasi dari suatu volume produksi/penjualan tertentu.
Apabila perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambilvolume
penjualan/produksi yang lebih rendah. Apabila dengan mengambil suatu volume
penjualan tertentu, perusahaan menderita kerugian maka kita mengambil volume
penjualan/produksi yang lebih besar. Demikan dilakukan seterusnya hingga
dicapai volume penjualan/produksi di mana penghasilan penjualan tepat sama
dengan besarnya biaya total.
Misalkan dari contoh
1 diambil volume produksi 6.000 unit. Dengan volume produksi 6.000 unit maka
dapat dihitung keuntungan operasi sebagai berikut:
= (6.000 x Rp 100) –
Rp 300.000 + (6.000 x Rp 40)
= Rp 600.000 –
(300.000 + Rp 240.000)
= Rp 60.000
Pada volume produksi
6.000 unit perusahaan masih mendapatkan keuntungan. Ini berarti bahwa break
even pointnya terletak di bawah 6.000 unit.
Misalkan diambil
4.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut
= (4.000 x Rp 100) –
Rp 300.000 + (4.000 x Rp 40)
= Rp 400.000 –
(300.000 + Rp 160.000)
= Rp 60.000
Pada volume produksi
4.000 unit ternyata diderita kerugian sebesar Rp 60.000. Ini berarti bahwa
break even pointnya lebih besar dari 4.000 unit.
Misalkan diambil
5.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut
= (5.000 x Rp 100) –
Rp 300.000 + (5.000 x Rp 40)
= Rp 500.000 –
(300.000 + Rp 200.000)
= Rp 0
Ternyata pada volume
produksi/penjualan 5.000 unit tercapai break even pointyaitu yang
dimanakeuntungan netonya sama dengan nol.
2. Perhitungan
Break Even Point dengan Menggunakan Rumus Aljabar
Perhitungan break
even point dengan menggunakan rumus aljabar dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu
a) Atas
Dasar Unit
Perhitungan break
even point atas dasar unit dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
Dimana
P = harga jual per
unit
V = biaya variabel
per unit
FC = biaya
tetap
Q = jumlah unit
/kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual
b) Atas
dasar sales dalam rupiah
Perhitungan break
even point atas dasar sales dalam rupiah dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus aljabar sebagai berikut:
Dimana
FC = biaya tetap
VC= biaya variabel
S = penjualan
B. Analisis
Sumber Penggunaan Kas
Kas
merupakan alat pertukaran dan alat pembayaran yang diterima untuk pelunasan
hutang, dan dapat diterima sebagai setoran dengan jumlah sebesar nilai
nominalnya, juga simpanan bank atau tempat lain yang dapat diambil
sewaktu-waktu.
Kas sangat penting artinya karena, menggambarkan daya beli dan dapat ditransfer segera dalam perekonomian pasar kepada setiap individu dan organisasi dalam memperoleh barang dan jasa yang diperlukan. Kas juga menjadi begitu penting karena, perorangan, perusahaan, dan bahkan pemerintah harus mempertahankan posisi liquiqitas yang memadai, yakni mereka harus memiliki sejumlah uang yang mencukupi untuk membayar kewajiban pada saat jatuh tempo agar entitas bersangkutan dapat beroperasi.
Kas sangat penting artinya karena, menggambarkan daya beli dan dapat ditransfer segera dalam perekonomian pasar kepada setiap individu dan organisasi dalam memperoleh barang dan jasa yang diperlukan. Kas juga menjadi begitu penting karena, perorangan, perusahaan, dan bahkan pemerintah harus mempertahankan posisi liquiqitas yang memadai, yakni mereka harus memiliki sejumlah uang yang mencukupi untuk membayar kewajiban pada saat jatuh tempo agar entitas bersangkutan dapat beroperasi.
Sifat-sifat
kas yaitu :
1.
Kas terlalu
terlibat dalam hampir semua transaksi perusahaan.
2.
Kas merupakan
harta yang siap dan muda untuk digunakan dalam transaksi serta ditukarkan
dengan harta lain, mudah dipindahkan dan beragam tanpa tanda pemilik.
3.
Jumlah uang kas
yang dimiliki oleh perusahaan harus di jaga sedemikian rupa sehingga tidak
terlalu banyak dan tidak kurang.
Pengolahan
kas dapat dikriteriakan sebagai berikut :
1.
Diakui secara
umum sebagai alat pembayaran yang sah
2.
Dapat digunakan
setiap saat bila dikehendaki
3.
Penggunaannya
secara bebas
4.
Diterima sesuai
nilai nominalnya pada saat diuangkan tersebut
Untuk
menyusun dan melaporkan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan:
1. Mengklasifikasikan
perubahan-perubahan neraca yang terjadi pada dua titik waktu di dalam perubahan
yang menaikkan dan menurunkan kas.
2. Mengklasifikasikan
dari laporan rugi laba dan perubahan laba di tahan ke dalam faktor-faktor yang
meningkatkan dan menurunkan laba.
3.
Mengkonsolidasikan
ke dua informasi ini ke dalam laporan sumber dan penggunaan kas.
4.
Manfaat informasi
arus kas
Informasi
arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang,
serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat
sebelumnya.
Laporan
arus kas juga menjadi alat pertanggung jawaban arus kas masuk dan arus kas
keluar selama periode pelaporan.
Apabila
dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus kas memberikan
informasi yang bermanfaat bagi pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan
kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan
pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas).
Jadi, pada intinya
Analisis Titik Impas (BEP) adalah untuk mengetahui pada titik manakah sebuah
perusahaa tidak mendapat laba dan juga rugi. Sedangkan Analisis Sumber
Penggunaan Kas adalah untuk mengetahui apa saja yang menyebabkan Kas di dalam
sebuah perusahaan dipergunakan.
CONTOH KASUS
A.
Contoh Kasus
Analisis Titik Impas (BEP)
1. BEP (Q) atau BEP
berdasarkan jumlah barang yang diproduksi (unit)
BEP = FC / P – V
Ket:
FC :
Fixed Cost (Biaya Tetap)
P :
Harga
VC :
Variable Cost (Biaya Variable)
Soal :
Suatu perusahaan mengeluarkan biaya
tetap sebesar Rp300.000. Biaya variabel per unit Rp40.
Harga jual per unit Rp100. Kapasitas produksi maksimal 10.000. Hitunglah BEP
(Q)!
Jawab :
BEP (Q) = FC / P – V
= 300.000 / 100 –
40
= 5.000 unit
Atau
P – V =
Contribution margin = 100 – 40 = 60
BEP (Q) = FC / Contribution margin
= 300.000 / 60
= 5.000 unit
2. BEP (P) atau
berdasarkan harga penjualannya (Rp)
BEP = FC / 1 – (TVC / S)
Ket :
Sales (S) atau volume penjualan = P x
Q
Total Variable Cost (TVC) = VC x Q
Dari soal yang sama diatas:
Sales (S) atau volume penjualan = P x
Q = 100 x 10.000 = 1.000.000
Total Variable Cost
(TVC) = VC x Q = 40 x
10.000 = 400.000
BEP (Rp) = FC / 1 – (TVC / S)
= 300.000 / 1 – (400.000 / 1.000.000)
= 500.000
BEP (Q) = BEP (Rp) / P
= 500.000 / 100
= 5.000
B. Contoh Kasus
Analisis Sumber dan Penggunaan Kas
Sebuah
perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha industri tas anak-anak, akan
merencanakan penjualan ke beberapa daerah secara kwartalan sebanyak 300.000
unit selama tahun 2005.
Berikut
disajikan informasi dengan rencana penjualan di atas, yakni sebagai berikut :
Rencana
penjualan selama 4 kwartal adalah sebagai berikut :
Kwartal
I : 40.000 unit
Kwartal
II : 60.000 unit
Kwartal
III : 20.000 unit
Kwartal
IV :
15.000 unit
Harga
jual/unit : Rp 2.000
Tagihan kas
kwartal IV pada tahun sebelumnya (2004) adalah Rp. 2.800.000
Tagihan
kas penjualan sebagai berikut : 60% ditagih dalam kwartal penjualan, sedangkan
sisanya 40% ditagih pada kwartal berikutnya.
Penjualan
pada kwartal IV terdapat sebanyak Rp. 4.800.000 yang tidak tertagih dan
dimasukkan sebagai piutang usaha pada akhir periode tahun 2005.
PT. THE POOH
Anggaran Penjualan
31 Desember 2005
Sumber :
http://enitadwipratiwi.blogspot.co.id/2011/05/analisa-bep-dan-sumber-penggunaan-kas.html
http://fitrikusumawaty.blogspot.co.id/p/analisa-break-even-point-a.html
http://retnarindayani.blogspot.co.id/2013/01/break-event-point-analisis-titik-impas.html
https://wardabada.wordpress.com/2012/04/03/analisa-sumber-dan-penggunaan-kas-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar