Pro-Kontra Energi Nuklir sebagai PLTN
Setelah saya melihat keuntungan dan
kekurangan jika suatu negara menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN), saya menjadi kurang setuju dengan adanya rencana penggunaan PLTN di
Indonesia. Karena menurut saya resiko menggunakan PLTN bisa sangat fatal,
walaupun penggunaan PLTN menjanjikan ketersedian energi yang sangat besar untuk
pemenuhan kebutuhan energi manusia. Bukan hanya dapat menyebabkan kerusakan,
energi nuklir sangat bermanfaat dalam bidang kedokteran, kesehatan masyarakat,
diagnosis penyakit, pertanian, peternakan, dan sebagai sumber energi listrik.
Energi nuklir merupakan salah satu bagian dari sumber energi non-konvensional,
selain energi angin, surya, panas bumi, bioetanol, biodiesel, air, dan
sebagainya. Jika coba dibandingkan kapasitas energi yang dapat dibangkitkan
dari sumber-sumber energi di atas, maka energi nuklir lah yang memiliki kapasitas
energi terbesar.
Saya menjadi kurang setuju dengan
adanya PLTN karena saya melihat dari kejadian-kejadian yang sudah pernah
terjadi. Seperti pada peristiwa pengeboman Kota Hiroshima dan Nagasaki.
Akibatnya Jepang menderita kekalahan pada Perang Dunia II. Namun bukan hanya
itu yang menjadi perhatian dunia, namun lebih kepada kerusakan yang ditimbulkan
oleh bom nuklir tersebut. Ribuan manusia meninggal seketika karena panas yang
timbul dari bom nuklir, dan ribuan lainnya terkena efek radiasi yang
mengakibatkan perubahan secara genetika baik langsung maupun tak langsung.
Inilah salah satu peristiwa yang membuat energi nuklir menjadi cermin ketakutan
masyarakat dunia. Selain itu, seperti ledakan PLTN di Chernobyl yang
menyebabkan efek radiasi nuklir tingkat tinggi dan ribuan orang mengalami
kelainan genetik, yang membuat kota tersebut hingga saat ini masih mengandung
radiasi tinggi. Sampai kejadian terakhir yang dialami PLTN Fukushima di Jepang,
yang dikarenakan adanya tsunami dan
kegagalan sistem pendingin PLTN di Jepang 2011 silam dan hingga kini jumlah
material radioaktif yang terlepas sampai saat ini belum diketahui, karena
krisisnya masih berlangsung sampai sekarang.
Melihat
dari kejadian-kejadian tersebut, saya menjadi semakin yakin bahwa adanya PLTN
sangat besar resikonya. Terlebih di Indonesia yang dilewati oleh Ring of Fire
(memiliki banyak gunung berapi) dan Indonesia berada di wilayah pertemuan 3
lempeng kerak bumi, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan lempeng India-Australia.
Selain itu, Indonesia juga berada pada wilayah pertemuan 2 jalur gempa utama
dunia, yaitu jalur gempa sirkum pasifik dan jalur gempa Alpide Transiatic. Jadi
tidak dipungkiri di Indonesia menjadi rawan gempa, sedangkan PLTN tersebut sangat berbahaya
apabila terkena gempa. Saya pikir keuntungannya hanya sesaat tetapi resiko
kerugiannya bisa jauh lebih lama.
Selain
menggunakan PLTN, saya kira ada beberapa cara yang mungkin bisa menjadi pilihan
alternatif untuk mengatasi kebutuhan listrik masyarakat. Misalnya dengan
memanfaatkan angin, panas matahari, gelombang laut, bio-energi. Tetapi beberapa
sumber energi tersebut bergantung dengan lokasi tertentu. Tidak semua tempat
memiliki sumber energi yang banyak untuk beberapa pilihan tersebut. Gelombang
laut dan angin mungkin dapat dimanfaatkan oleh daerah pantai. Pembangkit
listrik yang ideal seharusnya dapat memenuhi 3 syarat, yaitu tidak menimbulkan
polusi, sumber energi tersedia dalam jumlah yang banyak, dan dapat dibangun
dengan teknologi sederhana. Pembangkit listrik yang dibangun dari sumber
energi angin adalah salah satu contoh yang belum terlalu banyak digunakan.
Setidaknya sumber energi ini tidak menimbulkan polusi, dan dalam jumlah yang
cukup besar di beberapa tempat. Jika kita perhatikan di beberapa lokasi di
Indonesia, sumber energi ini cukup banyak. Teknologi untuk mengubah energi
angin menjadi energi listrik, mungkin sudah berumur cukup lama, dan dengan
teknik yang juga sederhana.
Sumber
Energi Alternatif: Blog Nuklir