Tugas #2 Ilmu Alamiah Dasar Softskill
Nurmalia Safitri (46213694)
1DA01
Mitos
Terbentuknya Gunung Merapi Yogyakarta
A.
Gunung Merapi
Gunung Merapi (ketinggian
puncak 2.968 m dpl, per 2006) adalah gunung berapi di bagian
tengah Pulau Jawa dan
merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi
selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten
Magelang
di sisi barat, Kabupaten
Boyolali
di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi
tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman
Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.
Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern
mengalami erupsi (puncak
keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh pemukiman
yang sangat padat. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Kota Magelang dan Kota Yogyakarta adalah kota
besar terdekat, berjarak di bawah 30 km dari puncaknya. Di lerengnya masih
terdapat pemukiman sampai ketinggian 1700 m dan hanya berjarak empat kilometer dari puncak. Oleh karena
tingkat kepentingannya ini, Merapi menjadi salah satu dari enam belas gunung
api dunia yang termasuk dalam proyek Gunung
Api Dekade ini. Hingga akhir tahun 2010 Gunung Merapi kembali meletus dan
mengakibatkan ribuan warga mengungsi, ratusan rumah hancur, serta puluhan orang
meninggal dunia, termasuk juru kunci gunung merapi yaitu Mbah Maridjan.
B. Mitos Terbentuknya Gunung Merapi
1.
Versi Rakyat Setempat
Sejarah asal usul gunung merapi menurut kalangan penduduk
setempat, di sana masih mempercayai bahwa Gunung Merapi adalah penjelmaan dari
perubahan Gunung Jamurdipo. Menurut cerita yang beredar di sana, sebagaimana
diungkapkan Lucas Sasongko Triyoga dalam bukunya, manusia Jawa dan Gunung Merapi
(Gadjah Mada University Press, 1991), sewaktu Pulau Jawa diciptakan para desa,
keadaannya tidak seimbang. Karena miring ke barat. Ini disebabkan di ujung
barat terdapat Gunung Jamurdipo.
Atas prakarsa Dewa Krincingwesi, gunung tersebut dipindahkan ke bagian
tengah agar terjadi keseimbangan. Pada saat yang bersamaan, di tengah Pulau
Jawa terdapat dua empu kakak beradik, yakni Empu Rama dan Permadi. Keduanya
tengah membuat keris pusaka Tanah Jawa. Mereka oleh para Dewa telah
diperingatkan untuk memindahkan kegiatannya tetapi keduanya bersikeras. Mereka
tetap akan membuat pusaka di tengah Pulau Jawa. Maka, Dewa Krincingwesi murka.
Gunung Jamurdipo kemudian diangkat dan dijatuhkan tepat di lokasi kedua Empu itu
membuat keris pusaka. Kedua Empu itu, akhirnya meninggal. Terkubur hidup-hidup
karena kejatuhan Gunung Jamurdipo. Untuk memperingati peristiwa tersebut,
Gunung Jamurdipo kemudian diubah menjadi Gunung Merapi. Artinya, tempat
perapian Empu Rama dan Permadi. Roh kedua Empu itu kemudian menguasai dan menjabat
sebagai raja dari segala makhluk halus yang menempati Gunung Merapi.
2. Versi
Korijaya
Mitos tentang asal-usul Gunung Merapi ini ternyata juga muncul
dengan versi lain di Korijaya. Menurut cerita yang terjadi di sana, ketika di
dunia ini belum terdapat kehidupan manusia kecuali para Dewa di Kahyangan,
keadaan dunia pada saat itu tidak stabil, miring dan tidak seimbang. Batara Guru
lantas memerintahkan para Dewa untuk memindahkan Gunung Jamurdipo yang semula
terletak di Laut Selatan, agar Pulau Jawa menjadi seimbang. Gunung itulah yang
kemudian dijadikan batas utara Jogyakarta. Sebelum Batara Guru memerintahkan
para Dewa untuk memindahkan gunung itu, Empu Rama dan Permadi diutus membuat
keris pusaka Tanah Jawa. Padahal gunung itu akan dipindahkan di tempat
kegiatannya. Karena kedua Empu itu diperintah Batara Guru, tak maulah mereka
pindah dari situ. Sebab, ada sabda pandhita ratu, datan kenging wola-wali.
Artinya, perkataan ratu tidak boleh berubah-ubah atau plin-plan.
Maka, terjadilah pertempuran. Empu Rama dan Permadi menang atas Dewa-dewa.
Mendengar hal itu, Betara Guru lantas memerintahkan Batara Bayu agar kedua Empu
itu dihukum. Dikubur hidup-hidup karena membangkang Jamurdipo. Akhirnya,
menurut mitos itu, Jamurdipo ditiup dari Laut Selatan oleh Batara Bayu dan
terbang kemudian jatuh tepat di atas perapian. Kejadian ini akhirnya mengubur
mati kedua Empu yang dinilai pembangkang itu. Karena dipindahkan ke perapian,
maka Gunung Jamurdipo akhirnya dinamakan Gunung Merapi. Kedua Empu itu akhirnya
menjadi penguasa makhluk halus yang tinggal di Merapi.
Sesudah peristiwa itu, Barata Narada diutus Batara Guru untuk
memeriksa Gunung Merapi. Ternyata ia menemukan ular naga yang belum menghadap
para Dewa karena terhalang air mata gunung yang bernama Cupumanik. Narada
kemudian membawa Cupumanik menghadap para Dewa. Cupumanik yang menyebabkan
semuanya jadi terlambat, akhirnya dihukum mati. Tetapi Batara Guru murka
melihat kenyataan, bahwa Cupumanik menggunakan kesaktiannya sehingga hukuman
mati itu tak membawa hasil.
Oleh Batara Guru tubuh Cupumanik kemudian diangkat dan dibanting
di atas tanduk lembu Andini. Andini adalah kendaraan pribadi Batara Guru. Tubuh
Cupumanik hancur lebur, berantakan dan dari tubuhnya muncul seorang putrid cantik.
Namanya Dewi Luhwati. Akibat bantingan yang luar biasa itu, salah satu tanduk
Andini patah menjadi dua. Sedang kecantikan Dewi Luhwati membuat Batara Guru
terpesona dan jatuh cinta.
Credits:
Edited:
Nurmalia Safitri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar