TULISAN
#4 setelah UTS
Nama : Nurmalia Safitri
NPM : 46213694
Kelas : 3DA01
Analisis
Laporan Keuangan #
STRUKTUR MODAL DAN TEORI STRUKTUR MODAL
A.
Pengertian Modal
dan Struktur Modal
Modal
adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal
(modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang
dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya (Munawir,2001).
Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif (Debet) dan modal
Pasif (Kredit).
Struktur
Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal
sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang
maupun dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba
ditahan dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.
1.
Struktur Modal
Sasaran
Struktur
modal sasaran adalah kombinasi antara utang saham preferen, dan saham ekuitas
yang digunakan perusahaan untuk merencanakan mendapatkan modal.
Kebijakan
struktur modal melibatkan adanya suatu pertukaran antara risiko dan
pengembalian. Risiko yang lebih tinggi cenderung akan menurunkan harga saham,
tetapi ekspektasi tingkat pengembalian yang lebih tinggi akan menaikkannya.
Karena itu, struktur modal yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan
antara risiko dan pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga saham
perusahaan.
Empat
faktor utama yang memengaruhi keputusan struktur modal adalah :
a.
Risiko bisnis,
b.
Posisi
perpajakan,
c.
Fleksibilitas
keuangan,
d.
Konservatisme
atau keagresifan manajemen.
2.
Risiko Bisnis dan
Keuangan
Risiko
Bisnis adalah tingkat risiko yang inheren di dalam operasi perusahaan jika
perusahaan tidak mempergunakan utang. Perusahaan akan memiliki risiko bisnis
yang kecil jika permintaan akan produk yang dihasilkannya stabil, jika
harga-harga input dan produknya tetap relatif konstan, jika perusahaan dapat
menyesuaikan harga-harganya dengan bebas jika terjadi peningkatan biaya, dan
jika sebagian besar biayanya adalah biaya variabel sehingga akan turun jika penjualan
menurun. Hal-hal yang lain diangap sama, semakin rendah risiko bisnis sebuah
perusahaan, maka semakin tinggi rasio utang optimalnya.
·
Risiko bisnis
tergantung pada sejumlah faktor, yaitu :
a.
Variabilitas
permintaan
b.
Variabilitas
harga jual,
c.
Variabilitas
biaya input,
d.
Kemampuan untuk
menyesuaikan harga output untuk perubahan-perubahan pada biaya input,
e.
Kemampuan untuk
mengembangkan produk-produk baru pada waktu yang tepat dan efektif dalam hal
biaya, eksposur risiko asing,
f.
Komposisi biaya
tetap: leverage operasi (leverage operasi adalah tingkat sampai sejauh mana
biaya-biaya tetap digunakan di dalam operasi sebuah perusahaan).
·
Risiko Keuangan
adalah peningkatan risiko yang ditanggung oleh para pemegang saham, di atas
risiko bisnis dasar perusahaan, yang diakibatkan oleh penggunaan leverage
keuangan. Leverage keuangan adalah tingkat sampai sejauh mana ekuritas dengan
laba tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal sebuah
perusahaan.
·
Risiko Keuangan
(financial risk) adalah tambahan risiko yang dibebankan kepada para pemegang
saham biasa sebagai hasil dari keputusan untuk mendapatkan pendanaan melalui
utang. Secara konseptual,pemegang saham akan menghadapi sejumlah risiko yang
inheren pada operasi perusahaan,yaitu risiko bisnis yang didefinisikan sebagai
ketidakpastian yang inheren pada proyeksi laba operasi masa depan. Jika sebuah
perusahaan menggunakan utang (leverage keuangan), maka hal ini akan
mengonsentrasikan risiko bisnis pada pemegang sahanm biasa.
Pada umumnya,pendanaan melalui utang akan meningkatkan
tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu investasi,tetapi utang juga
meningkatkan tingkat risiko dari investasi tersebut bagi pemegang sahamnya.
Meningkatkan
Struktur Modal yang Optimal
Struktur
modal yang optimal adalah struktur yang memaksimalkan harga dari perusahaan,dan
hal ini biasanya meminta rasio utang yang lebih rendah daripada rasio yang
memaksimalkan EPS yang diharapkan.
WACC dan
Perubahan Struktur Modal
Memperkirakan
bagaimana suatu perubahaan dalam struktur modal akan mempengaruhi harga saham
adalah suatu hal yang sulit. Namun ternyata diketahui struktur modal yang dapat
memaksimalkan harga saham adalah struktur modal yang dapat meminimalkan WACC.
Karena biasanya lebih mudah meramalkan bagaimana perubahan struktur modal akan
mempengaruhi WACC daripada harga saham,kebanyakan manajer menggunakan perubahan
WACC yang diramalkan untuk membantu mereka mengambil keputusan struktur modal.
Menghitung
WACC sebagai berikut :
WACC = wd(kd)(1-T)+wc(kc)
= (D/A)(kd)(1-T)+(E/A)(kd)
Persamaan
Hamada
Kenaikan
rasio utang juga akan meningkatkan risiko yang dihadapi oleh pemegang saham,dan
hal ini akan bepengaruh terhadap biaya ekuitas,ks. Robert Hamada mengembangkan
persamaan berikut ini menjelaskan pengaruh leverage keuangan terhadap beta:
B = bu
[1+(1-T)(D/E)]
Persamaan
Hamada menunjukan bagaimana peningkatan pada rasio utang/ekuitas akan
meningkatkan nilai beta.
B.
Teori Struktur
Modal
1.
Teori Pendekatan
Tradisional
Pendekatan
Tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya
Struktur Modal mempunyai pengaruh terhadap Nilai Perusahaan, dimana Struktur
Modal dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
2.
Teori Pendekatan
Modigliani dan Miller Teori MM tanpa pajak Teori struktur modal modern yang
pertama adalah teori Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa
struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM
mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka (Brigham dan Houston,
2001, p.31) yaitu:
a.
Tidak terdapat
agency cost.
b.
Tidak ada pajak.
c.
Investor dapat
berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan
d.
Investor
mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di
masa depan
e.
Tidak ada biaya
kebangkrutan
f.
Earning Before
Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang.
g.
Para investor
adalah price-takers.
h.
Jika terjadi
kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar (market value).
3.
Teori MM dengan
pajak.
Teori MM
tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM memasukkan faktor pajak ke
dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan
aliran kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga
bisa dipakai sebagai pengurang pajak.
4.
Teori Trade-Off
dalam Struktur Modal
Menurut
trade-off teory yang diungkapkan oleh Myers (2001), “Perusahaan akan berhutang
sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields)
dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)”
(p.81). Biaya kesulitan keuangan (Financial distress) adalah biaya kebangkrutan
(bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang
meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Trade-off theory
dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara
lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan
(financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan
symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat
hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai
jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (costs of financial
distress). Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir
dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan
dalam penentuan struktur modal. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara
meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi
pajak. Dalam kenyataannya jarang manajer euangan yang berpikir demikian.
Donaldson (1961) melakukan pengamatan terhadap perilaku struktur modal
perusahaan di Amerika Serikat. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan
dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung rasio hutangnya rendah. Hal
ini berlawanan dengan pendapat trade-off theory. Trade-off theory tidak dapat
menjelaskan korelasi negatif antara tingkat profitabilitas dan rasio hutang.
5.
Teori Pecking
Order
Menurut
Myers (1984), pecking order theory menyatakan bahwa ”Perusahaan dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan
perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang
berlimpah.” Dalam pecking order theory ini tidak terdapat struktur modal yang
optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki)
dalam penggunaan dana. Menurut pecking order theory dikutip oleh Smart,
Megginson, dan Gitman (2004, p.458-459), terdapat skenario urutan (hierarki)
dalam memilih sumber pendanaan, yaitu :
a.
Perusahaan lebih
memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal
daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba
ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.
b.
Jika pendanaan
eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari
sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah risikonya, turun ke
hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham
preferen, dan yang terakhir saham biasa.
c.
Terdapat
kebijakan deviden yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah
pembayaran deviden yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan
tersebut untung atau rugi.
d.
Untuk
mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan deviden yang
konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi, maka
perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia. Pecking
order theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Pecking order theory
menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan
tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi.
Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai
tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil.
Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam menggunakan dana
untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti skenario urutan (hierarki)
yang disebutkan dalam pecking order theory. Penelitian yang dilakukan oleh
Singh dan Hamid (1992) dan Singh (1995) menyatakan bahwa “Perusahaan-perusahaan
di negara berkembang lebih memilih untuk menerbitkan ekuitas daripada berhutang
dalam membiayai perusahaannya.” Hal ini berlawanan dengan pecking order theory
yang menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan hutang terlebih
dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan pendanaan eksternal.
6.
Teori Asimetri
Informasi dan Signaling
Teori ini
mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak
mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan resiko perusahaan. Pihak
tertentu mempunyai informasi yang lebih dari pihak lainnya.
Teori ini
terdiri dari Teori :
·
Myers dan Majluf
Menurut
Teori ini ada asimetri informasi antara manger dengan pihak luar. Manager
mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingan
pihak luar.
·
Signaling
Mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang) merupakan signal
yang disampaikan oleh manager ke pasar. Jika manager mempunyai keyakinan bahwa
prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar saham tersebut meningkat, ia
ingin megkomunikasikan hal tersebut kepada investor. Manager bisa menggunakan
hutang lebih banyak sebagai signal yang lebih credible. Karena perusahaan yang
meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek
perusahaan di masa mendatang. Investor diharapkan akan menangkap signal
tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik.
7.
Teori Keagenan
(Agency Approach)
Menurut
pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai
kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang saham dengan manager adalah
konsep free-cash flow. Ada kecenderungan manager ingin menahan sumber daya
sehingga mempunyai control atas sumber daya tersebut. Hutang bisa dianggap
sebagai cara untuk mengurangi konflik leagenan free cash flow. Jika perusahaan
menggunakan hutang, maka manager akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari
perusahaan untuk membayar bunga.
Sumber :
http://setiawanzenegger10.blogspot.co.id/2011/06/teori-struktur-modal.html
http://kepinginlagi.blogspot.co.id/2014/09/modul-akuntansi-manajemen-bab-12.html